October 27, 2019 at 08:05AM
Attachment 253262
JawaPos.com – Empat artis asal Indonesia mampu berkiprah di panggung Amerika Serikat (AS). Mereka adalah Rich Brian, Nicole Zefanya yang populer dengan nama panggung NIKI, Stephanie Poetri, dan Devinta Trista Agustina (Devinta).
Keberhasilan mereka di level internasional tersebut tidak terlepas dari peran 88rising. "Mereka merupakan talenta muda terbaik yang membawa nama harum Indonesia di pentas musik dunia," kata Martin Hartono di pentas City Creative Conference (CCC) 2019 di Grand Dafam Ternate, Kamis (5/9).
"Brian sudah menjadi simbol artis muda Asia di Amerika Serikat," imbuh Martin Hartono yang juga CEO PT Global Digital Prima (GDP) Ventura itu.
CCC 2019 pada hari kedua, Kamis (5/9) mendaulat Martin Hartono sebagai keynote speaker. Pada sesi pertama dia berbicara panjang lebar dalam topik Kota Kreatif dan Tantangan Global.
Lebih jauh anak bos Djarum itu menyebut empat artis muda Indonesia tersebut direkrut dari seluruh Indonesia. Mereka yang terpilih langsung dikirim dan dididik di Los Angeles, AS. "Kita latih mereka di Los Angeles dan kita orbitkan menjadi artis sukses level dunia," kata Martin disambut aplus panjang peserta CCC 2019.
Dalam diskusi itu Martin menampilkan beberapa video musik Brain, NIKI, Stephanie, dan Devinta. Ratusan peserta yang menyaksikan penampilan keempat artis muda level dunia itu terkesima, haru, dan bangga.
Apalagi penampilannya di ajang Head In the Cloud Festival 2019 di Los Angeles State Historic Park, California, AS, 18 Agustus lalu. Mereka menggelar konser di sana untuk memeriahkan HUT ke-74 Kemerdekaan RI dan sukses memikat generasi milenial Amerika. Buktinya penonton yang hadir dalam konser itu melebihi ekspektasi. "Kami menargetkan 9.000. Yang datang 25.000 penonton dengan harga tiket USD 150," kata Martin yang disambut tepuk tangan peserta.
Talenta-talenta terbaik itu direkrut 88rising, perusahan lebel musik berbasis di Los Angeles. Perusahaan itulah yang mengorbitkan musisi Indonesia pada level dunia.
"Prinsipnya kami merekrut siapa saja anak Indonesia yang berbakat musik dan berkemauan keras menjadi penyanyi tingkat dunia," kata Martin.
Lebih jauh Martin menuturkan, dalam mengembangkan dan mengorbitkan talenta-talenta kreatif anak muda Indonesia terdapat dua tantangan besar. Yakni kualitas pendidikan dan tempat berkarya. Contohnya Brain. Jika Brain bersekolah di sekolah formal, maka mungkin saja bakat musiknya tidak berkembang. Itu karena sistem dan kurikulum pendidikan di Indonesia kurang menemui bakat masing-masing anak.
Ke depan, Martin berharap Indonesia bisa mengatasi kedua hambatan itu agar talenta-talenta kreatif anak muda Indonesia di berbagai bidang keahlian dan ketrampilan dapat menjadi kekuatan ekonomi kreatif di masa datang.
Sementara itu, untuk keynote speaker kedua CCC 2019 menghadirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Dalam pemaparannya, Ridwan Kamil menyebut bahwa ekonomi kreatif sebagai masa depan Indonesia. "Jawa Barat sudah menetapkan ekonomi kreatif merupakan solusi masa depan," katanya.
Kang Emil–begitu Ridwan Kamil disapa menyebut, saat ini berbagai kegiatan ekonomi kreatif di Jabar sudah menyumbang 30 persen terhadap ekonomi kreatif nasional. Untuk itu, Jabar akan terus membuat langkah-langkah besar. Seperti, menata sumber daya manusia, menyiapkan ekosistem ekonomi kreatif, membuat peta kreatif.
CCC 2019 dilaksanakan Indonesia Creative City Network (ICCN). Kegiatan itu merupakan salah satu kegiatan dalam ICCN Festival di Ternate, 4-6 September. Pada hari kedua CCC, dilakukan pendalaman berbagai topik menarik.
Editor : Ilham Safutra
JawaPos.com – Empat artis asal Indonesia mampu berkiprah di panggung Amerika Serikat (AS). Mereka adalah Rich Brian, Nicole Zefanya yang populer dengan nama panggung NIKI, Stephanie Poetri, dan Devinta Trista Agustina (Devinta).
Keberhasilan mereka di level internasional tersebut tidak terlepas dari peran 88rising. "Mereka merupakan talenta muda terbaik yang membawa nama harum Indonesia di pentas musik dunia," kata Martin Hartono di pentas City Creative Conference (CCC) 2019 di Grand Dafam Ternate, Kamis (5/9).
"Brian sudah menjadi simbol artis muda Asia di Amerika Serikat," imbuh Martin Hartono yang juga CEO PT Global Digital Prima (GDP) Ventura itu.
CCC 2019 pada hari kedua, Kamis (5/9) mendaulat Martin Hartono sebagai keynote speaker. Pada sesi pertama dia berbicara panjang lebar dalam topik Kota Kreatif dan Tantangan Global.
Lebih jauh anak bos Djarum itu menyebut empat artis muda Indonesia tersebut direkrut dari seluruh Indonesia. Mereka yang terpilih langsung dikirim dan dididik di Los Angeles, AS. "Kita latih mereka di Los Angeles dan kita orbitkan menjadi artis sukses level dunia," kata Martin disambut aplus panjang peserta CCC 2019.
Dalam diskusi itu Martin menampilkan beberapa video musik Brain, NIKI, Stephanie, dan Devinta. Ratusan peserta yang menyaksikan penampilan keempat artis muda level dunia itu terkesima, haru, dan bangga.
Apalagi penampilannya di ajang Head In the Cloud Festival 2019 di Los Angeles State Historic Park, California, AS, 18 Agustus lalu. Mereka menggelar konser di sana untuk memeriahkan HUT ke-74 Kemerdekaan RI dan sukses memikat generasi milenial Amerika. Buktinya penonton yang hadir dalam konser itu melebihi ekspektasi. "Kami menargetkan 9.000. Yang datang 25.000 penonton dengan harga tiket USD 150," kata Martin yang disambut tepuk tangan peserta.
Talenta-talenta terbaik itu direkrut 88rising, perusahan lebel musik berbasis di Los Angeles. Perusahaan itulah yang mengorbitkan musisi Indonesia pada level dunia.
"Prinsipnya kami merekrut siapa saja anak Indonesia yang berbakat musik dan berkemauan keras menjadi penyanyi tingkat dunia," kata Martin.
Lebih jauh Martin menuturkan, dalam mengembangkan dan mengorbitkan talenta-talenta kreatif anak muda Indonesia terdapat dua tantangan besar. Yakni kualitas pendidikan dan tempat berkarya. Contohnya Brain. Jika Brain bersekolah di sekolah formal, maka mungkin saja bakat musiknya tidak berkembang. Itu karena sistem dan kurikulum pendidikan di Indonesia kurang menemui bakat masing-masing anak.
Ke depan, Martin berharap Indonesia bisa mengatasi kedua hambatan itu agar talenta-talenta kreatif anak muda Indonesia di berbagai bidang keahlian dan ketrampilan dapat menjadi kekuatan ekonomi kreatif di masa datang.
Sementara itu, untuk keynote speaker kedua CCC 2019 menghadirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Dalam pemaparannya, Ridwan Kamil menyebut bahwa ekonomi kreatif sebagai masa depan Indonesia. "Jawa Barat sudah menetapkan ekonomi kreatif merupakan solusi masa depan," katanya.
Kang Emil–begitu Ridwan Kamil disapa menyebut, saat ini berbagai kegiatan ekonomi kreatif di Jabar sudah menyumbang 30 persen terhadap ekonomi kreatif nasional. Untuk itu, Jabar akan terus membuat langkah-langkah besar. Seperti, menata sumber daya manusia, menyiapkan ekosistem ekonomi kreatif, membuat peta kreatif.
CCC 2019 dilaksanakan Indonesia Creative City Network (ICCN). Kegiatan itu merupakan salah satu kegiatan dalam ICCN Festival di Ternate, 4-6 September. Pada hari kedua CCC, dilakukan pendalaman berbagai topik menarik.
Editor : Ilham Safutra